SEP Surabaya, Sentra Evangelisasi Pribadi

Renungan Senin 22 September 2025

Bacaan: Am. 8:4-7; Mzm. 113:1-2,4-6,7-8; 1Tim. 2:1-8; Luk. 16:1-13

Saudara-saudari yang terkasih, kita perlu mendalami sabda Yesus hari ini:

“Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur; tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah melihat cahayanya” (Luk 8:16).

Dulu saya dan keluarga tidak pernah melakukan hal ini. Sebab percuma, menyalakan pelita tetapi kemudian menutupinya, karena cahaya dari pelita tersebut tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. Kami biasanya menempatkan pelita di atas lemari supaya posisi pelita menjadi lebih tinggi dan cahaya bisa menjangkau area lebih luas, bahkan juga ruangan lain (kamar tidur) bisa mendapat pancaran cahaya.

Demikian pula dengan hidup kita. Hidup kita mesti bagaikan pelita: bisa menerangi, menunjukkan jalan sehingga orang tidak tersandung, jatuh, dan terancam keselamatannya. Sebagaimana cahaya pelita yang dapat menerangi seluruh penghuni rumah dan karenanya membawa kegembiraan, demikianlah hidup kita mesti menjadi pelita kasih yang cahayanya bisa menerangi siapa pun tanpa kecuali, dan tidak pilih-pilih. Kasih sejati tidak pandang bulu, tidak pilih-pilih.

Kasih yang tidak pandang bulu itu seperti kasih Allah. Allah yang adalah kasih menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik, serta menurunkan hujan bagi orang benar dan orang yang tidak benar. Anak-anak Allah mestinya selalu memancarkan kasih Allah yang tidak pandang bulu dalam menyatakan kasih-Nya, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.

Oleh karena itu, berkat rahmat pembaptisan, kita dipanggil untuk menjadi terang dan harus selalu berusaha mewartakan Kabar Gembira tentang keselamatan ini bagi banyak orang.

Kita sebagai pribadi atau anak Allah telah menerima kasih Allah dengan cuma-cuma. Maka kita diutus untuk menjadi pelita kasih yang bisa menerangi siapa pun yang ada di sekitar kita. Kita diajak untuk menjadi pelita yang berkualitas dan tahan uji. Hal itu hanya mungkin bila kita selalu dekat dengan Tuhan. Yesus menghendaki agar keberadaan kita menjadi sesuatu yang berarti dan bermakna bagi dunia.

Pola hidup kita harus membawa orang kepada perjumpaan dengan Allah. Tingkah laku kita harus menerangi orang untuk menghayati imannya dengan lebih baik. Dengan begitu, kita telah menjadi pelita Tuhan untuk sesama sehingga mereka mampu melihat dan mengalami Tuhan di dalam kehidupan mereka.

Mari kita hidup dalam kasih Allah dan menjadi pelita kasih yang mesti bercahaya dari dalam hati kita masing-masing. Dengan menjadi pelita kasih, maka siapa pun yang ada di sekitar kita dapat merasakan kasih Allah secara nyata lewat perkataan dan perbuatan kita. Dengan perkataan dan perbuatan kita, dunia akan diterangi sehingga tidak berjalan dalam kegelapan yang mencelakakan.

Yesus sangat menghendaki agar para pengikut-Nya, termasuk kita semua, bisa memantulkan terang, membantu sesama menemukan kasih dan kemurahan hati Tuhan. Terang yang kita pantulkan adalah suatu tugas perutusan, suatu gerakan misi untuk membuka mata iman sesama agar melihat dan berjumpa dengan Kerajaan Allah.

Amin.

GBU (LF)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×